Home » Komunikasi dan konseling » MENGENAL KONSELING
MENGENAL KONSELING
Definisi Konseling
1. Proses pemberian bantuan seseorang kepada orang lain dalam membuat suatu keputusan atau memecahkan suatu masalah melalui pemahaman terhadap fakta-fakta, harapan, kebutuhan dan perasaan-perasaan klien.
2. Konseling merupakan proses pemberian informasi obyektif dan lengkap, dilakukan secara sistematik dengan panduan komunikasi interpersonal, teknik bimbingan dan penguasaan pengetahuan klinik yang bertujuan untuk membantu seseorang mengenali kondisinya saat ini, masalah yang sedang dihadapi, dan menentukan jalan keluar atau upaya mengatasi masalah tersebut. (Saefudin, Abdul Bari : 2002).
3. Bentuk wawancara untuk membantu orang lain memperoleh pengertian yang lebih baik mengenai dirinya, termasuk keinginannya, sikap, kecemasan, dalam usahanya untuk memahami permasalahan yang sedang dihadapi.
4. Kesediaan membantu klien melalui perjalanan psikologi yang mungin menembus seluruh masa kehidupan seseorang (Mark Areline).
5. Prosedur terapi secara khusus dimana konselor terlatih memebri dukungan atau memberi nasehat praktis agar klien dapat mengatasi masalah (Brown,1993).
6. Proses melalui satu orang membantu orang lain dengan komunikasi, dalam kondisi saling pengertian bertujuan untuk membangun hubungan, orang yang mendapat konseling dapat mengekspresikan pikiran& perasaannya dengan cara tertentu sesuai dengan situasi, melalui pengalaman baru, mamandang kesulitan objektif sehingga dapat menghadapi masalah dengan tidak terlalu cemas dan tegang.( SCA.C STEERING COOMUTE, 1996)
Konselor adalah orang yang memberi nasehat, memberi arahan kepada orang lain (klien) untuk memecahkan masalahnya.
Konseli adalah oarang yang mencari (membutuhkan) advis atau nasehat.
Tujuan Konseling
1. Mencapai kesehatan psikologi yang positif
2. Memecahkan masalah meningkatkan efektifitas pribadi individu
3. Membantu perubahan pada diri individu yang bersangkutan
4. Membantu mengambil keputusan secara tepat dan cermat
5. Adanya perubahan prilaku dari yang tidak menguntungkan menjadi menguntungkan.
Ciri Khas Konseling
Sebagai kegiatan yang memiliki peranan penting dalam merubah dan mempengaruhi tingkah laku atau pemikiran seseorang, konseling memiliki ciri-ciri khas yang dapat dijadikan sebagai dasar pelaksanaan konseling yaitu :
1) Konseling berurusan dengan upaya mempengaruhi perubahan tingkah laku secara sadar pada pihak klien (klien mau mengubahnya dan mencari bantuan konselor bagi perubahan itu).
2) Tujuan konseling adalah mendapatkan kondisi-kondisi yang memudahkan perubahan secara sadar (kondisi-kondisi dimaksud berupa hak-hak individual untuk membuat pilihan dan untuk mandiri).
3) Sebagaimana dalam semua hubungan terdapat pembatasan-pembatasan tertentu bagi klien (pembatasan—pembatasan ditentukan oleh tujuan-tujuan konseling yang dipengaruhi oleh nilai-nilai, dan falsafah konselor).
4) Kondisi-kondisi yang memudahkan perubahan tingka laku diperoleh melalui interviu-interviu (tidak seluruh konseling adalah interviu, tapi konseling selalu melibatkan interviw).
5) Mendengarkan (dengan penuh perhatian) berlangsung dalam konseling tapi tidak seluruh konseling melulu mendengarkan.
6) Konselor memahami kliennya (perbedaan antara cara orang-orang lain dengan cara konselor dalam melakukan pemahaman belaka tidak menjadi pembeda antara situasi konseling dengan situasi lain).
7) Keberadaan konseling bersifat pribadi (privacy) dan diskusi atau pembicaraan bersifat rahasia, dasarnya bersifat rahasia (confidential).
Fungsi Konseling Kebidanan
1. Pencegahan : mencegah timbulnya masalah kesehatan
2. Penyesuaian : membantu klien mengalami perubahan biologis, psikologis, kultural dan lingkungan.
3. Perbaikan :perbaikan bila terjadi penyimpangan perilaku klien/ yankes dan lingkungan yang menyebabkan terjadinya masalah kesehatan.
4. Pengembangan : meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dan peningkatan derajat kesehatan.
Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Konseling
Hal yang harus diperhatikan dalam konseling adalah :
1. Iklim psikologis, suasana percakapan : Iklim psikologis, tindakan, perilaku, sikap dari orang lain yang mempunyai dampak terhadap diri kita. Contoh : bidan otoriter kepada klien -> feed back negatif.
2. Sikap Konselor (Bidan) menurut “Rogers”, yaitu :
a. Acceptance(Menerima) : Konselor menunjukkan sikap menerima, sehingga konseli merasa tidak ditolak, diacuhkan, didikte, tapi melainkan konseli merasa bahwa ia diterima sebagai dirinya sendiri. Terima klien dengan sikap terbuka dan apa adanya. Konselor memperhatikan tanpa pamrih, tanpa menguasai klien. Tulus dan ikhlas. Konselor harus menghargai konseli, apapun yang dikatakan konseli. Beri kesempatan pada klien untuk mengemukakan keluhan-keluhannya.
b. Sikap tidak menilai
c. Sikap percaya terhadap konseli
3. Alam pikiran dari konseli ?dilihat dari dalam diri konseli sendiri
4. Situasi konseling, persamaan persepsi sampai mendapat pengertian.
Proses Konseling
Proses konseling terdiri dari 4 unsur kegiatan yaitu :
1. Pembinaan hubungan baik (rapport) : Pembinaan hubungan baik dimulai sejak awal pertemuan dengan klien dan perlu dijaga seterusnya dengan :a. Memberi salam pada awal setiap pertemuan.b. Memperkenalkan diri
c. Menciptakan suasana nyaman dan aman.
d. Memberikan perhatian penuh pada klien (SOLER).
S :Face your clients squarely (menghadap klien) & smile/ nod at clients (senyum/ mengganggukkan kepala).
O :Open and Non Judgemental Facial Expression (ekspresi muka menunjukkan sikap terbuka dan tidak menilai).
L : Lean Towards Client (tubuh condong kearah klien).
E : Eye Contact in a culturally- Acceptable Manner (kontak mata/ tatap mata sesuia dengan cara yang diterima budaya setempat).
R : Relaxed and Friendly Manner (santai dan sikap bersahabat).
e. Bersabar
f. Tidak memotong pembicaraan klien
2. Pengambilan keputusan, pemecahan masalah dan perencanaanSetelah mendapatkan dan memberikan cukup informasi sesuai dengan masalah dan kondisi klien, konselor membantu klien memecahkan masalah yang dihadapi atau membuat perencanaan untuk mengatasi masalah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan adalah (1) fisik, (2) emosional, (3) rasional, (4) praktikal, (5) interpesonal, (6) struktural.
3. Menindaklanjuti pertemuan : Menindaklanjuti pertemuan konseling dengan membuat rangkuman, merencanakan pertemuan selanjutnya/ merujuk klien.
Faktor Penghambat Konseling
Faktor penghambat dalam konseling antara lain :
1. Faktor individual. Keterikatan budaya merupakan faktor individual yang dibawa seseorang dalam melakukan interaksi. Orientasi ini merupakan gabungan dari : (a) faktor fisik atau kepekaan panca indera, usia dan seks; (b) sudut pandang terhadap nilai-nilai; (c) faktor sosial pada sejarah keluarga dan relasi, jaringan sosial, peran dalam masyarakat, status sosial; (d) bahasa.
2. Faktor yang berkaitan dengan interaksi, (a) tujuan dan harapan terhadap komunikasi; (b) sikap terhadap interaksi; (c) pembawaan diri terhadap orang lain; (d) sejarah hubungan.
3. Faktor situasional
4. Kompetensi dalam melakukan percakapan : Komunikasi dikatakan efektif bila ada sikap perilaku kompeten dari kedua belah pihak. Keadaan yang dapat menyebabkan putusnya komunikasi adalah : (a) kegagalan informasi penting; (b) perpindahan topik bicara; (c) tidak lancar; (d) salah pengertian.
Hasil Pelayanan Konseling Kebidanan
Harapan bidan setelah dilaksanakan konseling adalah kemandirian klien dalam :
1. Peningkatan kemampuan klien dalam mengenali masalah, merumuskan pemecahan masalah, menilai hasil tindakan dengan tepat.
2. Klien mempunyai pengalaman dalam menghadapi masalah kesehatan.
3. Klien merasa percaya diri dalam menghadapi masalah.
4. Munculnya kemandirian dalam pemecahan masalah kesehatan
Konselor dalam Konseling
Kepribadian seorang konselor merupakan faktor yang sangat penting dalam konseling, karena kepribadian konselor merupakan titik tumpu penyeimbang antara pengetahuan perilaku dan ketrampilan terapi. Kualitas kepribadian konselor, pengetahuan mengenai perilaku, dan ketrampilan konseling harus seimbang.
Oleh karena itu, seorang konselor harus mempunyai kualitas-kualitas sebagai berikut :
1) Pengetahuan mengenai diri sendiri (self knowledge)
Konselor mengetahui secara baik tentang dirinya, apa yang dilakukan dan mengapa melakukan hal itu, masalah yang dihadapi, dan masalah klien yang berkaitan dengan konseling.
2) Kompetensi (Competence)
Kompetensi disini meliputi: kualitas fisik, intelektual, emosional, sosial, dan moral yang harus dimiliki konselor untuk membantu klien.
3) Kesehatan psikologis yang baik
Artinya seorang konselor harus mempunyai kesehatan psikologis yang baik dari kliennya. Kesehatan psikologis konselor yang baik, akan mendasari pemahaman perilaku dan ketrampilan, yang dapat mengembangkan satu daya yang positif dalam konseling.
4) Dapat dipercaya (Trustworthness)
Artinya seorang konselor bukan sebagai suatu ancaman bagi kliennya, melainkan sebagai pihak yang memberi rasa aman.
5) Kejujuran (Honest)
Kejujuran yang mutlak mempunyai makna bahwa seorang konselor harus terbuka, otentik, dan sejati dalam penampilannya.
6) Kekuatan daya (Strength)
Kekuatan konselor mempunyai peranan penting dalam konseling. Seorang konselor juga memerlukan daya untuk mengatasi serangan dan manipulasi klien.
7) Kehangatan (Warmth)
Artinya seorang konselor harus mampu menjadi pihak yang ramah, peduli, dan dapat menghibur.
8) Pendengar yang aktif (Active Responsiveness)
Menjadi pendengar yang aktif merupakan penengah antara perilaku hiperaktif yang mengganggu dan perilaku pasif yang kebingunan.
9) Kesabaran
Kesabaran bertujuan untuk memberikan peluang pada klien agar dapat berkembang dan memperoleh kemajuan dalam tahapan-tahapan secara alami.
10) Kepekaan (Sensitivity)
Kepekaan mempunyai makna bahwa konselor sadar akan kehalusan dinamika yang timbul dalam diri klien dan konselor itu sendiri.
11) Kebebasan
Kekebasan akan menciptakan hubungan yang akrab. Semakin kebebasan diciptakan dalam konseling, semakin banyak kebebasan klien dalam dirinya sendiri.
12) Kesadaran holistik yang utuh
Pendekatan holistic dalam konseling mempunyai makna bahwa konselor menyadari keseluruhan individu (klien) dan tidak melakukan pendekatan hanya dari satu aspek tertentu saja.
Adapun pokok-pokok kekhasan pribadi para konselor sebagai penolong menurut Brammer adalah :
1. Kesaran akan diri dan Nilai-nilai (Awareness of Self ad Values).
Para helper memerlukan suatu kesadaran tentang posisi-posisi nilai mereka sendiri. Mereka harus mampu menjawab dengan jelas pertanyaan-pertanyaan tentang diri sendiri. Kesadaran ini membantu para helper membentuk kejujuran terhadap dirinya sendiri dan terhadap helpi mereka dan juga membantu para helper menghindari memperalat secara tidak bertanggung jawab atau tak etis terhadap para helpi bagi kepentingan pemuasan kebutuhan diri-pribadi para helper sendiri.
2. Kesadaran akan Pengalaman Budaya (Awareness of Cultural Experience).
Suatu program latihan kesadaran diri yang terarah bagi para helper mencakup pengetahuan tentang populasi khusus para helpi. Mengetahui lebih banyak perbedaan antara helper dan para helpi merupakan hal yang sangat vital bagi keefektifan hubungan helpi. Para helper profesional hendaknya mempelajari ciri khas budaya dan kebiasaan tiap kelompok helpi mereka.
3. Kemampuan Menganalisis Kemampuan Helper Sendiri (Ability to Analyze the helper’s own feeling).
Di samping adanya persyaratan bagi helping efektif bahwa para helper harus mempunyai kesadaran dan kontrol perasaan sendiri guna menghindari proyeksi kebutuhan, harus pula diakui bahwa helper mempunyai pula perasaan dari waktu ke waktu. Para helper harus mampu “menyelami” perasaan-perasaan mereka sendiri, memahami dan menerima perasaan-perasaan mereka. Tidak menggantungkan harapan-harapan sukses terlalu tinggi dan berdiskusi sesama kolega dapat membantu meredakan perasaan negatif.
4. Kemampuan melayani sebagai “teladan” dan “pemimpin” atau orang “berpengaruh” (Ability to serve as Model and Influencer).
Helper harus tampak beradab, matang, dan efektif dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan helper sebagai “pemimpin” atau orang “berpengaruh”, dan sebagai “teladan” dipelukan pula dalam proses helping. Meskipun ini tidak berarti bahwa para helper harus menguasai para helpi mereka, para helper dapat menunjukkan kemampuan melihat rasa percaya diri yang mapan.
5. Altruisme (Altruism).
Pribadi yang altruis ditandai kesediaan berkorban (waktu, tenaga, dan mungkin materi) untuk kepentingan kebahagiaan atau kesenangan orang-orang lain. Para helper merasakan kepuasan tersendiri manakala mereka berperan membantu orang lain. Mereka lebih suka memuaskan orang lain ketimbang pemuasan kebutuhan diri mereka sendiri. Kepuasan para helper diperoleh melalui pemberian peluang memuaskan orang-orang lain.
6. Penghayatan etik yang kuat (Strong Sense of Ethics).
Rasa etik para helper, pada dasarnya, berarti bahwa mereka berusaha menyeimbangkan antara rasa aman helpi dengan ekspektasi masyarakat. Kelompok helper, seperti para konselor, memiliki Kode Etik untuk dipahami dan dipakai serta dapat menimbulkan kepercayaan masyarakat terhadap mereka.
7. Tanggung Jawab (Responsibility).
Tanggung jawab para helper, dalam hal ini, khusus berkenaan dengan konteks bantuan khusus yang diberikan kepada para helpi, meskipun bisa juga dipandang bersangkutan juga dengan tingkah laku umum mereka terhadap para helpi. Para helper yang bertanggung jawab menyadari keterbatasan-keterbatasan mereka, sehingga tidak mencanangkan hasil-hasil (tujuan) yang tidak realistis. Mereka akan mengupayakan diri mereka dan tetap kontak dengan para helpi mereka sampai spesialis lain itu mengambil tanggung jawab dalam suatu hubungan baru dengan klien.
Kemampuan konselor yang efektif dapat menciptakan komunikasi yang efektif dan hasil konseling yang efektif pula. Ciri-ciri khusus kemampuan konselor yang efektif yaitu :
1) Para konselor yang efektif sangat terampil mendapatkan keterbukaan.
2) Para konselor yang efektif membangkitkan rasa percaya, kredibilitas, dan keyakinan dari orang-orang yang mereka bantu.
3) Para konselor yang efektif mampu menjangkau wawasan luas, seperti halnya mereka mendapatkan keterbukaan.
4) Para konselor yang efektif berkomunikasi dengan hati-hati dan menghargai orang-orang yang mereka upayakan bantu.
5) Para konselor yang efektif mengakui dan menghargai diri mereka sendiri dan tidak menyalahgunakan orang-orang yang mereka coba bantu untuk memuaskan kebutuhan pribadi mereka sendiri.
6) Para konselor yang efektif mempunyai pengetahuan khusus dalam beberapa bidang keahlian yang mempunyai nilai bagi orang-orang tertentu yang akan dibantu.
7) Para konselor yang efektif berusaha memahami, bukannya menghakimi, tingkah laku orang yang diupayakan bantu.
8) Para konselor yang efektif mampu bernalar secara sistematis dan berfikir dengan pola sistem.
9) Para konselor yang efektif berpandangan mutahir dan memiliki wawasan luas terhadap peristiwa-peristiwa yang berkenaan dengan manusia.
10) Para konselor yang efektif mampu mengidentifikasi pola tingkah-laku yang merusak diri (self defeating) dan membantu orang-orang lain untuk berubah dari tingkah laku yang merusak diri ke pola-pola tingkah laku yang secara pribadi lebih memuaskan.
11) Para konselor yang benar-benar efektif sangat terampil membantu orang-orang lain melihat diri sendiri, dan merespons secara tidak defensif terhadap pertanyaan “Siapakah saya?” adalah suatu hal yang mudah melukiskan aspek-aspek diri yang menyenangkan dan membanggakan.
Pendekatan konseling client-centered ini merupakan pengembangan dari conselor centered. Berikut penjelasan tentang dua pendekatan yang dilakukan yang biasa digunakan dalam wawancara konseling antara lain :
1. Pendekatan Directive (Concelor centered) : Yang berpusat pada konselor.
Konselor yang mempergunakan metode ini membantu memecahkan masalah klien dengan secara sadar mempergunakan sumber-sumber intelektualnya. Tujuan utama dari metode ini dalah membantu klien mengganti tingkah laku emosional dan impulsif dengan tingkah laku yang rasional. Lepasnya tegangan-tegangan dan didapatnya dipandang sebagai suatu hal yang penting. Didalam membantu memecahkan masalah-masalah yang dihadapi klien dengan rasional, konselor tidak boleh bersikap otoriter dan menuduh, walaupun dikatakan direktif. Larangan-larangan yang langsung, petuah yang didaktis dan petuah yang sifatnya mengatur sebaiknya di hindari.
2. Pendekatan Non-Directive (Client Centered).
Pada teknik ini klien diberi kesempatan untuk memimpin wawancara dan memikul sebagian besar dari tanggung jawab atas pemecahan masalahnya. Beberapa ciri-cirinya antara lain : (a) klien bebas untuk mengekspresikan dirinya, (b) klien menerima, mengetahui, menjelaskan, mengulang lebih secara objektif pernyataan-pernyataan dari klien, (c) klien ditolong untuk makin mengenal diri sendiri dan, (d) klien membuat asal-usul yang berhubungan dengan pemecahan masalahnya. Salah satu keuntungan terbesar dari metode ini adalah mengurangi ketergantungan klien. Bahkan memberikan pelepasan emosi yang dalam dan memberi lebih banyak kesempatan untuk pertumbuhan.
MNH, 2002, Modul Pelatihan Keterampilan KIP/K
Effendy, Onong Uchjana.2001. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
Rakhmat, Jalaluddin. 1999. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar