Home » Motivasi » WANITA HEBAT
WANITA HEBAT
Lovina baru 1 tahun 9 bulan menjalani pernikahan. Tapi waktu yang sekian lama tersebut belum juga menghasilkan buah cinta yang dinanti-nantikan. Lovina kerap bosan mengunjungi klinik kesuburan, tempat yang paling rajin dikunjungi lovina akhir-akhir ini.
Bidan tempat lovina biasa konsultasi kewanitaan menyarankannya untuk mengunjungi dokter ahli infertilitas yang pastinya lebih kompeten di bidangnya. Dalam penantian yang tidak pasti di ruang tunggu, lovina sering mendapati cerita-cerita unik yang pastinya menguras emosi yang tinggi.
Salah satunya widya yang menceritakan perjuangannya mendapatkan buah hati selama 6 tahun perkawinannya.
“ Kami sudah 3 kali proses inseminasi buatan lov, tapi gagal” cerita widya suatu hari.
“Dan dilanjutkan dengan proses bayi tabung, biayanya 70 jt..dan saya hamil!” mata widya berbinar cerah, tampak senyum ceria di wajahnya.
Lovina pun tersenyum antusias, merasa bahagia karena perjuangan panjang ternyata menghasilkan sesuatu.
“selamat widya...” pekik lovina tak tertahan.
“ Tapi gugur di kehamilan 4 minggu, sekarang kami coba bayi tabung ke dua lov..., dan aku yakin kali ini pasti berhasil!, ” kata widya semangat. Senyumnya mengembang dengan mata bernyala-nyala..
Lovina tercekat, ingin mengucapkan sesuatu tapi tidak tahu apa. Ada perasaan kagum dan kesedihan yang bercampur-aduk di kepala lovina. Lovina menyentuh tangan widya spontan berharap dapat memberi kekuatan. Bagaimana dia bisa bertahan secara mental dan material menghadapi situasi seperti ini.
Ada lagi kisah riska, usianya tidak lagi muda, 2 tahun lagi mendekati 40 tahun. Suatu keadaan yang sangat berisiko untuk hamil dan melahirkan. Riska ingin hanya dipanggi nama, walaupun menurut etika saya harus memanggilnya mbak atau kakak atau ibu bahkan. Maklum usia lovina terpaut 10 tahun lebih muda. Agak susah memang mendapatkan sekelumit pengalamannya untuk mendapatkan buah hati selama 18 tahun perkawinannya. Lovina sering mencari perhatian para pasien di klinik kesuburan tersebut berharap mereka mau berbagi cerita.
“3 bulan lalu saya melahirkan seorang bayi, setelah 17 tahun menanti lov. Saya sudah tidak teringat bahkan tidak menginginkan mendapatkan anak lagi. Tapi ternyata Tuhan berkehendak lain, saya hamil..” putus riska. Mata riska tiba-tiba menatap lovina sendu, cepat-cepat riska beralih pandangan.
“ Tapi anak yang saya lahirkan prematur, saya melahirkan di usia kehamilan 28 minggu...” riska tidak sanggup menguraikan apa yang terjadi karena isakan tangisnya tiba-tiba pecah. Lovina memeluk bahu riska lagi-lagi mencoba memberi kekuatan.
Anak yang dilahirkan secara prematur itu lahir ke dunia dengan nafas satu-satu, tapi kelahiran prematur membuat bayi tersebut mengalami ketidaksempurnaan beberapa organ, di tambah lagi bayi mengalami kedinginan yang luar biasa atau istilahnya hipotermi berat. Tanpa menyentuh dan memandang bayi mungilnya, riska merelakan bayi tersebut di rujuk ke rumah sakit yang jaraknya memakan waktu 1 jam. Tetapi bayi menghembuskan nafas terakhirnya dalam perjalanan sebelum sampai ke rumah sakit. Lovina menyayangkan keterlambatan dalam melakukan rujukan tersebut, seharusnya bidan yang memberikan pertolongan persalinan sudah dapat memprediksi apa yang akan terjadi dengan bayi. Sehingga tidak memaksakan persalinan di rumah. Meski mungkin dengan berbagai alasan. Lovina tidak bisa menggambarkan perasaan sedih dan terlukanya jiwa riska.
Kisah hanni tidak kalah menyayat hati..
“ Sudah 7 tahun kami menikah, saya sudah tiga kali hamil. Hamil yang pertama kata dokter di luar kandungan sehingga harus di operasi. Hamil yang ke dua...usia dua bulan gugur. Hamil yang ke tiga juga gugur...” papar hanni. Tapi wajahnya datar seakan tanpa kesedihan.
Ada pula selli
“ Kami sudah menikah selama 8 tahun, dan sampai sekarang belum juga mempunyai anak...Kami sudah check up masing-masing, tapi memang masalah ada pada saya. Tuba saya keduanya tersumbat dan terus terang kami tidak mempunyai biaya untuk proses selanjutnya...” terang selli.
“ Dan sekarang...apa yang akan selli lakukan?” tanya lovina kemudian.
“ Ntahlah, lagipula kami sudah berpisah....” tuntas selli.
Lovina tercekat. Perkawinan yang harus terpisahkan karena tidak mendapatkan buah hati. Dan selalu pihak wanita yang dipersalahkan. Sebuah keegoisan!!!
Sekian banyak pasangan yang mencari anak, tapi di depan mata sendiri banyak anak yang sudah terlahir ternyata ditelantarkan, disiksa, bahkan dianiaya fisik dan mentalnya.
Lovina tersenyum menatap masa depannya. Kelak pasti Tuhan punya alasan pada masing-masing umatnya.
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar