Anemia dalam Kehamilan

Bookmark and Share

Anemia masih merupakan salah satu masalah gizi di Indonesia. Menurut hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga ( SKRT 1995 ) prevalensi Anemia rata-rata Nasional pada ibu hamil adalah 51,3 % dan anak balita sebesar 40,5 % ( Propil Kesehatan Indonesia, 1998 ).


Prevalensi Anemia yang tinggi ini memberikan berbagai dampak negatif , jika pada ibu hamil dapat meningkatkan morbiditas ( kesakitan ) dan mortalitas ( kematian ) yang tinggi baik pada ibu sendiri maupun anak yang dilahirkan. Pada pekerja atau buruh mengakibatkan produktifitas kerja menurun ; pada remaja menyebabkan cepat lelah dan mudah mengantuk pada saat belajar sehingga konsentrasi belajar menurun ; sedangkan pada anak balita mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan serta kecerdasan terhambat. Dengan demikian konsekwensi fungsional dari Anemia menyebabkan turunnya kualitas sumberdaya manusia secara keseluruhan.

Sampai saat ini Angka Kematian Ibu ( AKI ) di Indonesia masih tinggi, walaupun sudah menurun dari 425 per 100.000 kelahiran hidup tahun 1986, menjadi 343 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1997 ( SDKI ). Sedangkan data dari Direktorat Kesehatan Keluarga menunjukan bahwa 40 % dari penyebab kematian ibu adalah perdarahan dan diketahui Anemia menjadi faktor resiko terjadinya perdarahan tersebut.

Kejadian anemia disebabkan oleh multi faktor yang tidak semata mata berasal dari sektor kesehatan, tetapi juga bisa di sebabkan oleh faktor sosial, perilaku, lingkungan tempat tinggal, dan pola konsumsi makanan pada ibu hamil sehingga dalam penanganan kasus anemia di perlukan kerja sama baik lintas sektoral maupun lintas program

Kejadian Anemia pada ibu hamil masih cukup tinggi karena sebagian besar dari mereka belum menyadari pentingnya pencegahan Anemia serta bahaya yang ditimbulkan. Keberhasilan program penanggulangan Anemia juga tergantung dari partisipasi aktif masyarakat.

DEFINISI ANEMIA

Anemia pada wanita tidak hamil didefinisikan sebagai konsentrasi hemoglobin yang kurang dari 12 g/dl dan kurang dari 10 g/dl selama kehamilan atau masa nifas. Konsentrasi hemoglobin lebih rendah pada pertengahan kehamilan, pada awal kehamilan dan kembali menjelang aterm, kadar hemoglobin pada sebagian besar wanita sehat yang memiliki cadangan besi adalah 11g/dl atau lebih. Atas alasan tersebut, Centers for disease control (1990), mendefinisikan anemia sebagai kadar hemoglobin kurang dari 11 g/dl pada trimester pertama dan ketiga, dan kurang dari 10,5 g/dl pada trimester kedua (4)

Anemia karena defisiensi zat besi merupakan penyebab utama anemia pada ibu hamil dibandingkan dengan defisiensi zat gizi lain. Oleh karena itu anemia gizi pada masa kehamilan sering diidentikkan dengan anemia gizi besi. Anemia defisiensi zat besi merupakan masalah gizi yang paling lazim di dunia dan menjangkiti lebih dari 600 juta manusia.. Pada anemia defisiensi besi menyebabkan berkurangnya zat besi dalam tubuh, sehingga kebutuhan zat besi (Fe) untuk eritropoesis tidak cukup, yang ditandai dengan gambaran sel darah merah hipokrom-mikrositer, kadar besi serum (Serum Iron = SI) dan jenuh transferin menurun, kapasitas ikat besi total (Total Iron Binding Capacity/TIBC) meninggi dan cadangan besi dalam sumsum tulang serta ditempat yang lain sangat kurang atau tidak ada sama sekali

Kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme energi, karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya meningkat selama kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, pertambahan besarnya organ kandungan, perubahan komposisi dan metabolisme tubuh ibu. Selama kehamilan, diperlukan lebih banyak zat besi (yang diperlukan untuk menghasilkan sel darah merah) karena ibu harus memenuhi kebutuhan janin dan dirinya sendiri. Ibu hamil umumnya mengalami deplesi besi sehingga hanya memberi sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan untuk metabolisme besi yang normal. Selanjutnya mereka akan menjadi anemia pada saat kadar hemoglobin ibu turun sampai di bawah 11 gr/dl selama trimester III.

FAKTOR PENYEBAB
Etiologi anemia defisiensi besi pada kehamilan, yaitu: (3)
a. Hipervolemia, menyebabkan terjadinya pengenceran darah.

b. Pertambahan darah tidak sebanding dengan pertambahan plasma.

c. Kurangnya zat besi dalam makanan terutama yang berasal dari sumber hewani

d. Kebutuhan zat besi meningkat.

e. Gangguan pencernaan dan absorbsi.


Penyebab anemia
(5)
a. kurang makan sayuran hijau, buah buahan yang berwarna dan lauk pauk (sebab utama)
b. perdarahan akibat terlalu sering melahirkan
c. jarak kelahiran anak terlalu dekat
d. ibu hamil bekerja terlalu berat
e. adanya cacing tambang dalam usus

TANDA TANDA ANEMIA
Manifestasi klinis dari anemia defisiensi besi sangat bervariasi, bisa hampir tanpa gejala, bisa juga gejala-gejala penyakit dasarnya yang menonjol, ataupun bisa ditemukan gejala anemia bersama-sama dengan gejala penyakit dasarnya.

Gejala-gejala dapat berupa kepala pusing, palpitasi, berkunang-kunang, perubahan jaringan epitel kuku, gangguan sistem neurumuskular, lesu, lemah, lelah, disphagia dan pembesaran kelenjar limpa. Pada umumnya sudah disepakati bahwa bila kadar hemoglobin < 7 gr/dl maka gejala-gejala dan tanda-tanda anemia akan jelas.

Tanda tanda anemia yang banyak diketahui oleh masyarakat antara lain : mata terasa berkunang kunang, badan trerasa lemah, lesu, cepat lelah, gampang mengantuk, lidah, bibir, kuku, wajah/muka tampak pucat sekali. (5)

DERAJAT ANEMIA

Nilai ambang batas yang digunakan untuk menentukan status anemia ibu hamil, didasarkan pada criteria WHO tahun 1972 yang ditetapkan dalam 3 kategori, yaitu normal (≥11 gr/dl), anemia ringan (8-11 g/dl), dan anemia berat (kurang dari 8 g/dl). Berdasarkan hasil pemeriksaan darah ternyata rata-rata kadar hemoglobin ibu hamil adalah sebesar 11.28 mg/dl, kadar hemoglobin terendah 7.63 mg/dl dan tertinggi 14.00 mg/dl.

Klasifikasi anemia yang lain adalah :
a. Hb 11 gr% : Tidak anemia
b. Hb 9-10 gr% : Anemia ringan
c. Hb 7 – 8 gr%: Anemia sedang
d. Hb < 7 gr% : Anemia berat.

DAMPAK ANEMIA DEFISIENSI ZAT BESI PADA KEHAMILAN

1. Pada ibu Anemia dapat menyebabkan rendahnya kemampuan jasmani karena sel-sel tubuh tidak cukup mendapat pasokan oksigen. Pada wanita hamil, anemia meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan dan persalinan. terhadap proses persalinan dapat mengakibatkan persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum waktunya (premature), pendarahan setelah persalinan, serta persalinan dengan operasi cenderung meningkat bahkan resiko risiko kematian ibu. Selain itu perdarahan sebelum melahirkan dan sesudah melahirkan lebih sering di jumpai pada Pada masa nifas dapat terjadi gangguan antar proses pemulihan rahim kurang sempurna, daya tahan terhadap infeksi dan stress berkurang dan produksi ASI rendah.

2. Pada janin Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan kegururan /abortus, bayi lahir mati, kematian bayi dalam kandungan, hambatan pertumbuhan janin dalam kandungan, cacat bawaan, bayi lahir mati, lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR).

PENGOBATAN ANEMIA

Pengobatan anemia biasanya dengan pemberian tambahan zat besi. Sebagian besar tablet zat besi mengandung ferosulfat, besi glukonat atau suatu polisakarida. Tablet besi akan diserap dengan maksimal jika diminum 30 menit sebelum makan. Biasanya cukup diberikan 1 tablet/hari, kadang diperlukan 2 tablet. Kemampuan usus untuk menyerap zat besi adalah terbatas, karena itu pemberian zat besi dalam dosis yang lebih besar adalah sia-sia dan kemungkinan akan menyebabkan gangguan pencernaan dan sembelit. Zat besi hampir selalu menyebabkan tinja menjadi berwarna hitam, dan ini adalah efek samping yang normal dan tidak berbahaya. Studi tentang pemasaran sosial tablet besi yang dilaksanakan oleh Direktorat Bidang Gizi Masyarakat (1993) : Pemberian tablet besi pada ibu hamil dapat menurunkan secara nyata prefalensi Anemia, disisi lain dilaporkan juga ibu hamil kurang menyukai tablet besi karena tidak senang akan baunya, adanya efek samping ( mual, pusing ) dan warnanya dirasa kurang menarik

PENCEGAHAN ANEMIA

Kejadian Anemia pada ibu hamil masih cukup tinggi karena sebagian besar dari mereka belum menyadari pentingnya pencegahan Anemia serta bahaya yang ditimbulkan. Keberhasilan program penanggulangan Anemia sangat tergantung dari partisipasi aktif masyarakat. Anemia dapat dicegah dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang dengan asupan zat besi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Zat besi dapat diperoleh dengan cara mengonsumsi daging (terutama daging merah) seperti sapi. Zat besi juga dapat ditemukan pada sayuran berwarna hijau gelap seperti bayam dan kangkung, buncis, kacang polong, serta kacang-kacangan. Perlu diperhatikan bahwa zat besi yang terdapat pada daging lebih mudah diserap tubuh daripada zat besi pada sayuran atau pada makanan olahan seperti sereal yang diperkuat dengan zat besi. Upaya lain yang bisa dilakukan untuk mencegah anemia adalah : setiap ibu hamil minum tablet tambah darah dan bagi pasangan usia subur mmengatur jarak kelahiran dengan menjadi peserta KB.(5)

Daftar Rujukan
1. Prawirohardjo, S, 2002. Ilmu Kebidanan.Jakarta : YBSP
2. Mahfoed, I,2005. Promosi kesehatan, bagian dari Pendidikan Kesehatan. Yogyakarta : Itramaraya
3. Departemen Kesehatan RI. 1996.Direktorat Pembinaan Kesehatan masyarakat. Pedoman Penanggulangan Ibu Hamil Kekurangan Energi kronis.Jakarta
4. Suhaemi.2007. Anemia dalam kehamilan.Diambil Suhaemi Blogspot//anemia dalam kehamilan.Di akases tanggal 6 Maret 2008
5. Departemen kesehatan RI.2006.Buku kader Posyandu dalam rangka perbaikan Gizi keluarga. Jakarta : Departemen kesehatan
http://cdn-write.demandstudios.com/upload//4000/100/90/8/4198.jpg

{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }

Posting Komentar