by bidan f.oka
Asam folat merupakan satu-satunya vitamin yang kebutuhannya berlipa dua. Sekitar 24 – 60% wanita, baik di negara sedang berkembang maupun yang telah maju mengalami kekurangan asam folat karena kandungan asam folat di dalam makanan sehari-hari mereka tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan wanita hamil.
Kekurangan asam folat secara marginal mengakibatkan peningkatan kepekaan, lelah berat, dan gangguan tidur. Dua kondisis pertama menyebabkan kaki kejang. Kekejangan ini biasanya timbul pada malam hari sehingga lama-kelamaan mengganggu tidur penderita, yang dikenal sebagai restless leg syndrome. Jika kekurangan asam folat bertambah parah, akan terjadi anemia yang ditandai dengan penampakan kelelahan dan depresi.
Kekurangan asam polat yang parah mengakibatkan anemia megaloblastik atau megalositik karena peran asam folat dalam metabolisme normal makanan menjadi energi, pematangan sel darah merah, sintesis DNA, pertumbuhan sel dan pembentukan heme. Gejala anemia jenis ini adalah diare, depresi, lelah berat, ngantuk berat, pucat dan perlambatan frekuensi nadi.
Kekurangan asam folat berkaitan dengan berat badan lahir rendah, ablasio plasenta, dan neural tube defect. Bentuk konkret neural tube defect ialah anensefali dan spina bifida. Bayi yang mengalami kelainan yang pertama biasanya lahir mati; sementara mereka yang menderita spina bifida, jika diobati dengan tepat masih dapat hidup hingga dewasa, namun tentu saja dengan kecacatan. Untuk berjalan saja mereka memerlukan alat bantu (tongkat dan sejenisnya). CDC (communicable Disease Control and Prevention) memperkirakan sekitar 2500 bayi di Amerika Serikat terlahir dengan kecacatan demikian.
Pemberian suplementasi terbukti mampu menghapus kelainan ini. Penelitian di Universitas California membuktikan, bahwa asupan asam folat sebayak 0,4 mg sehari dapat menurunkan risiko terjadinya spina bifida dan anencephaly, meskipun kemudian dibantah oleh Czeizel dari National Institute of Hygiene, Budapest, RDA USA sebesar 0,4-0,8 mg tidak efektif dalam menurunkan cacat lahir. Perbedaan pendapat itu kemudian ditengahi oleh CDC (1991), yaitu dengan menganjurkan wanita yang pernah melahirkan bayi penderita neural tube defect, untuk mengkonsumsi asam folat sebanyak 4 mg sehari pada kehamilan selanjutnya. Sementara itu widyakarya Nasional Pangan dan Gizi V (1993) menganjurkan dosis 5 µg/kg/hari (200) µg tanpa membatasi pernah atau tidaknya melahirkan bayi cacat.
Suplementasi sebaiknya diberikan sekitar 28 hari setelah ovulasi atau pada 28 hari pertama kehamilan, karena otak dan sumsum tulang belakang dibentuk pada minggu pertama kehamilan. Dengan demikian pemberian suplementasi harus diberikan sebelum konsepsi terjadi. Besarnya suplementasi asam folat yang dibutuhkan ibu yakni 280 µg pada trimester I, 660 µg pada trimester II, dan 470 µg pada trimester III.
Strategi pencegahan kekurangan asam folat mencakup peningkatan kesadaran akan pentingnya konsumsi makanan yang kaya akan asam folat, atau suplemen folat sebanyak 400 µg setiap hari.
Jenis makanan yang banyak mengandung asam folat antara lain ragi (1000 µg/100g), hati (250 µg/100gr), brokoli, sayur berdaun hijau, bayam, asparagus dan kacang-kacangan, misalnya kacang kering, kacang kedelai (100 µg/100g). Sumber lain adalah ikan, daging, jeruk, dan telur. Jeruk ukuran sedang atau secangkir air jeruk mengandung 70 µg; setengah cangkir brokoli masak mengandung 50 µg; telur 25 µg; dan setengah cnagkir kacang tanah mengandung 70 µg asam folat.
Sumber
Arisman MB. Gizi dalam daur kehidupan. EGC;Bandung;2003.
Berbagai sumber
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar