CATATAN BIDAN

Bookmark and Share
Ceritanya aku ini berprofesi sebagai seorang bidan Bertugas di Puskesmas Girian Weru di bagian Rawat Inap. Di rawat inap yang menerima pasien persalinan, aku dinasnya tergantung jadwal. Terkadang pagi dari jam delapan pagi sampai jam dua siang. Kalau dinas siang dari jam dua siang sampai jam sembilan malam. Nah kalau dinas malam dari jam sembilan malam sampai jam delapan pagi.

Tempat tinggal yang aku tempati ini juga berupa POSKESDES, atau Pos Kesehatan Desa. Poskesdes ini sengaja dibangun untuk mendekatkan pelayanan kesehatan dasar pada masyarakat pedesaan. Di Poskesdes ini, aku juga berkewajiban melayani masalah kesehatan masyarakat di wilayah kerjaku. Seperti pelayanan Keluarga Berencana, pertolongan persalinan, dan pengawasan kesehatan secara keseluruhan termasuk menjaga jangan sampai terjadi KLB (kejadian luar biasa) terhadap suatu penyakit.

Dengan kata lain, tugasku di Poskesdes ini 24 jam dalam sehari. Malah terkadang, ketika aku sedang jaga di Puskesmas dan ada sesuatu terjadi di desaku, aku biasanya langsung ditelpon oleh masyarakat yang berkepentingan ( aku memang sengaja meninggalkan nomor hp di dinding depan Poskesdes). Dan akupun akan langsung meluncur dari Puskesmas ke Poskesdes. Alhamdullillah jaraknya tidak terlalu jauh. Biasanya itu terjadi jika ada yang mau melahirkan, ada yang kecelakaan, luka, atau ada masalah serius lainnya.

Sebenarnya rumah sakit dekat sih. Tapi mungkin karena masyarakat telah terbiasa jadi walaupun mereka tahu nantinya akan kurujuk ke rumah sakit, mereka tetap bersikukuh menunggu aku dan meminta pendapat. Apakah bisa aku tangani atau harus ke rumah sakit.
Terkadang aku merasa capek, lelah, dan tak siap juga dengan jam terbang yang tak tentu ini Bayangkan, pagi-pagi aku harus menyelesaikan urusan rumah tangga, kemudian berangkat ke Puskesmas, nah pulang Puskesmas harus mengurus tiga bocahku, Eidel 6,5 thn, Cadas 4 thn, Bintang 3 bln. Capek kan??? Lha begitu mau melepaskan lelah,

“Malam Ses…, mau periksa tensi, minta obat turun panas, anak saya diare, istriku mau melahirkan, ponakanku jatuh dari pohon…”

Ya, alhamdullillah, ucapku dalam hati Walau lelah sedemikian rupa aku masih diberi kekuatan oleh Allah untuk menambah kebajikan. Aku masih dipercaya oleh mereka untuk hal yang krusial banget. Kesehatan, bahkan nyawa mereka.

Untuk sampai pada titik seperti yang barusan kutuliskan di atas sama sekali tidak mudah. Ada proses yang telah aku lalui. Betapa ada saat dimana aku memang tak punya ruang untuk menerima keadaan itu sebagai sesuatu yang harus diikhlaskan, diterima, dan disyukuri. Tapi begitulah, akhirnya aku bisa memandang semua ini dengan hati yang besar, sabar, dan selalu bersyukur.

Oya, untuk mendapatkan pelayanan di Poskesdes ini, masyarakat tak harus mengeluarkan uang sepeserpun. Karena obat-obatan disediakan oleh pihak Puskesmas. Walaupun ada beberapa obat yang aku beli sendiri karena memang tidak di stock dari Puskesmas. Tapi sebagai rasa terima kasih mereka, aku di beri uang ‘partisipasi’. Terkadang seribu rupiah, dua ribu, lima ribu, atau kadang sepuluh ribu. Itupun aku syukuri juga.

Terkadang aku merasa lucu juga. Ada masyarakat yang datang mengeluhkan kenapa badannya meriang. Aku menjelaskannya sambil menggigil karena juga sedang demam. Ada pasien yang minta vitamin karena pegal-pegal, aku mengambilnya sambil kesakitan menahan kesakitan yang sama di tubuhku yang lelah. Atau seorang ibu yang meminta nasehat bagaimana mengatur pola hidup yang sehat, aku memberikan nasehat padahal pola hidupku berantakan karena jadwalku yang selalu tak tentu waktu.

Ya, begitulah. Tapi, lagi, aku tetap mensyukurinya.

Sumber: http://iinsyah.wordpress.com/2010/03/20/catatan-seorang-bidan-2/


{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }

Posting Komentar