GOSSIP BIDAN

Bookmark and Share

Saya punya tetangga 2 orang bidan, yang satu kerja di RS yang satu lagi pasca PTT (kalo ngga salah, pegawai tidak tetap, biasanya di daerah pedalaman, kalo salah tolong ada yang mau memperbaiki). Keduanya biasa menerima layanan jasa ibu melahirkan. Yang satu punya semacam ruang melahirkan pribadi di samping rumahnya, yang satunya lagi mendatangi ibu melahirkan di rumahnya.

Suatu sore, bidan tersebut nganter ikan lele ke rumah, diterima istri … bersambung ngrumpi … “ndilalah” saya denger rumpiannya di ruang sebelah. Sebenarnya sudah lama lewat, tapi jadi ingat kembali berkat ramai-ramai poligami … (saya belum bosen koq) …

Terjadi dialog seperti ini (diterjemahkan dari bahasa daerah, dan saya tulis seingatnya)

bidan: ” bu, saya agak kerepotan, habis nolong melahirkan seorang ibu, nggak taunya malah jadi rumit …”.

istri: ” ada apa ?”

bidan: ” itu lho bu, setelah saya buatkan surat keterangan lahir untuk ngurus akte, kan biasa nulis nama suami dan lain-lain, supaya ngurus aktenya lancar, … sekitar 3 hari kemudian saya dilabrak seorang ibu, … kenapa koq mbikinkan surat seperti ini, dia kan merebut suami saya … ternyata ibu yang ngelabrak tadi istri pertama …, saya ya hanya bisa jawab tidak tau, wong memang tidak tau. Akhirnya saya dikasih tau tetangga, bilangnya sih waktu nikah yang kedua sudah dapat ijin suami pertama, tapi koq masih marah-marah …”.

istri: ” siapa sih …”.

bidan: ” itu lho bapak (i) “.

istri: ” … masa sih bapak itu punya istri dua, padahal sopan santun, berarti ngga satu rumah ya …”

bidan: ” saya juga baru tau bu, yang muda kerja di perusahaan plywood … dibuatkan rumah dekat pasa, masuk gang sebelahnya toko juragan minyak”.

istri: ” terus suratnya bagaimana …?”

bidan: ” diambil suaminya, pantas yang nunggui waktu melahirkan buliknya, bilangnya suaminya kerja lembur ngga ada yang nggantikan “.

istri: ” saya ngga ngira lho … “.

bidan: ” namanya juga laki-laki bu … ada yang baik ada juga yang kelihatannya sopan malah mbulet”.

istri: …. sayup sayup entah apa lagi yang dibicarakan, karena begitu ada kalimat laki-laki, saya ngeloyor lewat pintu samping, daripada kena “namanya laki-laki” …. untung mereka ngga tau saya di ruang sebelah … hehehe

Ternyata poligami “ruwet” juga ya …….. jangan-jangan beli popoknya sembunyi-sembunyi juga, belum lagi beli “bra”, dll dll dll …. dll …

http://pambayun.wordpress.com/2006/12/24/cerita-dari-bu-bidan/

{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }

Posting Komentar